Minggu, 25 November 2012
Bidadari itu Perempuan Saleh
JALALUDDIN RAKHMAT
“BENARKAH
hadis yang mengatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka itu perempuan?"
tanya seorang murid kepada Imam Ja'far. Fakih besar abad kedua hijrah itu
tersenyum. "Tidakkah Anda membaca ayat Quran—Sesungguhnya Kami
menciptakan mereka sebenar-benarnya; Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,
penuh cinta dan berusia sebaya. Ayat ini berkenaan dengan para bidadari,
yang Allah ciptakan dari perempuan yang saleh. Di surga lebih banyak bidadari
daripada laki-laki mukmin." Secara tidak langsung, Imam Ja'far menunjukkan
bahwa hadis itu tidak benar, bahwa kebanyakan penghuni surga justru perempuan.
Hadis yang
"mendiskreditkan" perempuan ternyata sudah masyhur sejak abad kedua
hijriah. Tapi sejak itu juga sudah ada ahli agama yang menolaknya. Dari Ja'far
inilah lahir mazhab Ja'fari, yang menetapkan bahwa akikah harus sama baik buat
laki-laki maupun perempuan. (Pada mazhab-mazhab yang lain, untuk anak laki-laki
disembelih dua ekor domba, untuk anak perempuan seekor saja). Mengingat
sejarahnya, mazhab Ja'fari lebih tua (karena itu lebih dekat dengan masa Nabi)
daripada mazhab lainnya. Boleh jadi, hadis-hadis yang memojokkan perempuan itu
baru muncul kemudian: sebagai produk budaya yang sangat "maskulin"?
Karena banyak
ayat turun membela perempuan, pada zaman Nabi para sahabat memperlakukan istri
mereka dengan sangat sopan. Mereka takut, kata Abdullah, wahyu turun mengecam
mereka. Barulah setelah Nabi meninggal, mereka mulai bebas berbicara dengan
istri mereka (Buchari). Umar, ayah Abdullah, menceritakan bagaimana perempuan
sangat bebas berbicara kepada suaminya pada zaman Nabi. Ketika Umar membentak
karena istrinya membantahnya dengan perkataan yang keras, istrinya berkata:
Kenapa kamu terkejut karena aku membantahmu? Istri-istri Nabi pun sering
membantah Nabi dan sebagian malah membiarkan Nabi marah sejak siang sampai
malam. Ucapan itu mengejutkan Umar: Celakalah orang yang berbuat seperti itu.
Ia segera menemui Hafsah, salah seorang istri Nabi: Betulkah sebagian di antara
kalian membuat Nabi marah sampai malam hari? Betul, jawab Hafsah (Bukhari).
Menurut
riwayat lain, sejak itu Umar diam setiap kali istrinya memarahinya. Aku
membiarkannya, kata Umar, karena istriku memasak, mencuci, mengurus anak-anak;
padahal semua itu bukan kewajiban dia. Anehnya, sekarang, di dunia Islam, pekerjaan
itu dianggap kewajiban istri. Ketika umat Islam memasuki masyarakat industri, berlipat
gandalah pekerjaan mereka. Berlipat juga beban dan derita mereka. Untuk
menghibur mereka, para mubalig (juga mubaligat) bercerita tentang pahala buat
wanita saleh yang mengabdi (atau menderita) untuk suaminya.
Sekiranya
manusia boleh sujud kepada manusia lain, aku akan memerintahkan istri untuk
sujud kepada suaminya (Hadis 1). Bila seorang perempuan menyakiti suaminya,
Allah tidak akan menerima salatnya dan semua kebaikan amalnya sampai dia
membuat suaminya senang (Hadis 2). Siapa yang sabar menanggung penderitaan
karena perbuatan suaminya yang jelek, ia diberi pahala seperti pahala Asiyah
binti Mazahim (Hadis 3).
Setelah
hadis-hadis ini, para khatib pun menambahkan cerita-cerita dramatis. Konon,
Fatimah mendengar Rasul menyebut seorang perempuan yang pertama kali masuk
surga. Ia ingin tahu apa yang membuatnya semulia itu. Ternyata, ia sangat menaati
suaminya begitu rupa, sehingga ia sediakan cambuk setiap kali ia berkhidmat
kepada suaminya. Ia tawarkan tubuhnya untuk dicambuk kapan saja suaminya
mengira service-nya kurang baik.
Cerita ini
memang dibuat-buat saja. Tidak jelas asal-usulnya. Tapi hadis-hadis itu memang
termaktub dalam kitab-kitab hadis. Hadis 1 diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud.
Tapi Bukhari (yang lebih tinggi kedudukannya dari Abu Dawud) dan Ahmad
meriwayatkan hadis berikut: Ketika Aisyah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah
di rumahnya, ia berkata: "Nabi melayani keperluan istrinya menyapu rumah,
menjahit baju, memperbaiki sandal, dan memerah susu." Anehnya, hadis ini
jarang disebut oleh para mubalig. Karena bertentangan dengan "kepentingan
laki-laki"?
Hadis-hadis
lainnya ternyata dipotong pada bagian yang merugikan laki-laki. Setelah Hadis
2, Nabi berkata, "Begitu pula laki-laki menanggung dosa yang sama seperti
itu bila ia menyakiti dan berbuat zalim kepada istrinya." Dan sebelum
Hadis 3, Nabi berkata, , 'Barang siapa yang bersabar (menanggung penderitaan)
karena perbuatan istrinya yang buruk, Allah akan memberikan untuk setiap
kesabaran yang dilakukannya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi
Ayyub." Tapi, begitulah, kelengkapan hadis ini jarang keluar dari khotbah
mubalig (yang umumnya laki-laki).
Maka,
sepeninggal Nabi, perempuan disuruh berkhidmat kepada laki-laki, sedangkan
laki-laki tidak diajari berkhidmat kepada perempuan, Fikih yang semuanya
dirumuskan laki-laki menempatkan perempuan pada posisi kedua. Beberapa gerakan
Islam yang dipimpin laki-laki menampilkan ajaran Islam yang
"memanjakan" laki-laki. Ketika sebagian perempuan muslimat menghujat
fikih yang mapan, banyak laki-laki saleh itu berang. Mereka dituduh agen feminisme
Barat, budak kaum kuffar. Mereka dianggap merusak sunah Nabi.
Nabi saw.
berkata, "Samakanlah ketika kamu memberi anak-anakmu. Bila ada kelebihan,
berikan kelebihan itu kepada anak perempuan." Ketika ada sahabat yang
mengeluh karena semua anaknya perempuan, Nabi berkata, "Jika ada orang
mempunyai anak perempuan saja, kemudian ia memeliharanya dengan sebaik-baiknya,
anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (Muslim).
Pendeknya, dahulukan perempuan," kata Nabi dahulu. Pokoknya utamakan laki-laki,
teriak kita sekarang .
Sumber : TEMPO. 6 NOVEMBER 1993 Hal. 97
Ia Mengaku sebagai Yesus
Kelompok David Koresh
membantai empat petugas hukum dan melukai 16 lainnya. Ini hanyalah satu dari
3.000an aliran sesat di AS.
KELOMPOK yang dinamakan fundamentalis sedang mengguncang AS pekan-pekan ini. Di New York, kelompok Islam Fundamentalis dituding sebagai pelaku pengeboman gedung World Trade Center yang memakan korban lima tewas dan seribu cedera. Di kota Waco di negara bagian Texas, empat tank M-l dan ratusan anggota polisi serta FBI mengepung benteng kelompok Kristen Fundamentalis David Koresh, sejak dua pekan silam.
David Koresh, 33 tahun, tak tamat SMA, pernah menjadi pemusik rock, mempunyai 19 istri serta 10 anak, dan mengepalai lebih dari seratus pengikut adalah semacam Yesus. "Jika kitab Injil itu sejati, maka saya adalah Yesus," katanya selalu.
Pemuda berambut agak gondrong dan berkaca mata ini mengumpulkan pengikutnya di pondok terpencil, di tanah pertanian seluas lebih dari 30 hektare. Selain berceramah mengenai Injil, Koresh mengajak pengikutnya membangun pondok itu menjadi benteng, "untuk menghadapi hari kiamat."
Dan benteng itu memang unik. Ada asrama, kapel, gudang, dan bungker bawah tanah yang lemarinya penuh makanan awet untuk berbulan-bulan. Ada penampungan air yang besar. Maklum, Koresh meramalkan kekacauan sosial besar, misalnya perang nuklir, akan terjadi. Umatnya harus bersiaga menghadapinya.
Termasuk dalam kesiagaan itu adalah mengumpulkan senjata otomatis serta mesiunya, dan melatih menggunakannya. Gara-gara itulah ATF, instansi penegak hukum yang antara lain mengurus perizinan memiliki senjata, menyidik pondok Koresh sejak sembilan bulan silam. "Kami memantau pengiriman senjata dan amunisinya yang lebih dari 4 ton," kata juru bicara ATF.
Hasil penyidikan membuat ATF perlu bertindak. David Koresh ternyata pernah berurusan dengan pengadilan dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Yaitu ketika ia dan sejumlah pengikutnya menyerbu pondok yang ketika itu dipimpin oleh George Roden.
Pondok itu memang awalnya milik Lois Roden, ibu George yang dianggap nabi oleh aliran Branch Davidian ini. Vernon Howell, nama kelahiran Koresh, masuk Branch Davidian, sempalan gereja Advent hari ketujuh, tahun 1984.
Di Branch Davidian, karier Howell meroket antara lain karena ia memacari Lois Roden yang ketika itu sudah berusia 67 tahun. Selain itu, Howell yang dikenal malas mengerjakan pekerjaan sekolahnya ternyata memang rajin menghafal kitab Injil sejak berusia remaja. "Ia hafal ayat Perjanjian Baru ketika berusia 12 tahun," tutur ibunya.
Ini tentu membuat ahli waris Lois, George Roden, segera memusuhinya. Pertentangan itu mencapai puncaknya tahun 1987, ketika George menantang Koresh mengadu kesaktian. George menggali
mayat seorang wanita pengikut ajaran sesat dari kuburan umum dan mengatakan siapa yang berhasil menghidupkannya kembali, berhak menjadi pemimpin umat.
Koresh cukup cerdik untuk tak menanggapi tantangan itu. Ia malah melapor ke polisi bahwa George mencuri mayat dari kuburan. Ketika polisi meminta bukti, Koresh dan tujuh anak buahnya melakukan penyerbuan ke pondok untuk mengambil mayat itu. Sempat terjadi tembak menembak selama dua jam, dan berakhir dengan ditangkapnya para penyerbu oleh polisi dengan tuduhan percobaan pembunuhan.
Untung, pengadilan menyatakan Koresh tak bersalah. Antara lain karena penuntut umum tak berhasil menghadirkan George sebagai saksi, karena George diragukan kesehatan jiwanya. Ia memasukkan petisi hukum ke pengadilan, meminta Tuhan menularkan AIDS dan Herpes ke anggota Mahkamah Agung.
Maka Vernon Howell pun menjadi "nabi" di pondok itu. Ia mengontrol umatnya dengan teknik isolasi, kegiatan rutin, dan teror. Umat harus bangun pukul setengah enam subuh untuk senam tanpa diperbolehkan minum air. "Koresh beranggapan senam di udara panas tanpa minum menunjukkan ketangguhan," kata Mare Breault, warga Australia yang pernah menjadi pengikut Koresh. Juga ada keharusan para wanita mempertahankan kelangsingan tubuhnya. Lihat juga di http://rykers.blogspot.com/2006/06/kebiasaan-para-jemaat-gereja-david.html
Koresh bisa berkhotbah 15 jam terus menerus di hadapan umatnya yang terkantuk-kantuk. Salah satu ajaran favoritnya adalah tentang dirinya sebagai "gembala" alias anak Tuhan. Sebagai anak Tuhan, ia berwenang mengontrol kehidupan seks pengikutnya. "Ia mengatakan bahwa seluruh wanita di dunia adalah miliknya, dan bagi para pengikut yang beristri diharuskan merelakan istrinya untuk Koresh," kata Breault yang bersama istrinya langsung kabur itu.
Herannya, para pengikutnya menurut apa kata Koresh, dan jumlahnya bertambah. "Ia mempunyai karisma," kata Sheridan Stewart, 26 tahun, penyanyi yang pernah didekati Koresh. Umatnya bukan hanya orang AS, juga dari Australia dan Inggris.
Ketaatan para pengikut yang terlatih memakai senjata itu yang dirisaukan para pejabat hukum AS. Itulah sebabnya, Ahad 28 Februari lalu, ATF mengerahkan 200-an petugasnya untuk melakukan penyerbuan di pagi hari. " Karena menurut laporan petugas kami yang menyusup menjadi jemaah, di pagi hari umat sedang tidak bersenjata," kata juru bicara ATF Tapi rencana penyerbuan ini temyata bocor.
Walhasil, begitu petugas masuk pondok segera disambut rentetan senapan mesin dan lemparan granat selama 45 menit, yang menyebabkan penyerangan dibatalkan. Empat petugas tewas dan 16 lainnya cedera, sedangkan 10 pengikut Koresh dilaporkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Sampai Kamis pekan lalu Koresh tetap bertahan. Padahal ia berjanji akan menyerah jika rekaman khotbahnya disiarkan media massa. Permintaan itu dituruti tapi Koresh ingkar janji. "Saya menunggu perintah Tuhan," katanya kepada FBI.
Sejauh ini polisi sudah melepaskan 21 anak-anak. Diduga masih 17 lainnya dan 90 orang dewasa di dalam benteng. Polisi memperkuat kepungannya dengan empat tank kelas berat M-1 karena Koresh mengaku mempunyai senjata untuk menghancurkan kendaraan lapis baja ringan.
Belum jelas benar berapa lama Koresh akan bertahan. Yang pasti, kesabaran para pengepung tentu ada batasnya. Apalagi biaya pengepungan itu cukup mahal, sekitar Rp 4 miliar sehari.
Pemuda berambut agak gondrong dan berkaca mata ini mengumpulkan pengikutnya di pondok terpencil, di tanah pertanian seluas lebih dari 30 hektare. Selain berceramah mengenai Injil, Koresh mengajak pengikutnya membangun pondok itu menjadi benteng, "untuk menghadapi hari kiamat."
Dan benteng itu memang unik. Ada asrama, kapel, gudang, dan bungker bawah tanah yang lemarinya penuh makanan awet untuk berbulan-bulan. Ada penampungan air yang besar. Maklum, Koresh meramalkan kekacauan sosial besar, misalnya perang nuklir, akan terjadi. Umatnya harus bersiaga menghadapinya.
Termasuk dalam kesiagaan itu adalah mengumpulkan senjata otomatis serta mesiunya, dan melatih menggunakannya. Gara-gara itulah ATF, instansi penegak hukum yang antara lain mengurus perizinan memiliki senjata, menyidik pondok Koresh sejak sembilan bulan silam. "Kami memantau pengiriman senjata dan amunisinya yang lebih dari 4 ton," kata juru bicara ATF.
Hasil penyidikan membuat ATF perlu bertindak. David Koresh ternyata pernah berurusan dengan pengadilan dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Yaitu ketika ia dan sejumlah pengikutnya menyerbu pondok yang ketika itu dipimpin oleh George Roden.
Pondok itu memang awalnya milik Lois Roden, ibu George yang dianggap nabi oleh aliran Branch Davidian ini. Vernon Howell, nama kelahiran Koresh, masuk Branch Davidian, sempalan gereja Advent hari ketujuh, tahun 1984.
Di Branch Davidian, karier Howell meroket antara lain karena ia memacari Lois Roden yang ketika itu sudah berusia 67 tahun. Selain itu, Howell yang dikenal malas mengerjakan pekerjaan sekolahnya ternyata memang rajin menghafal kitab Injil sejak berusia remaja. "Ia hafal ayat Perjanjian Baru ketika berusia 12 tahun," tutur ibunya.
Ini tentu membuat ahli waris Lois, George Roden, segera memusuhinya. Pertentangan itu mencapai puncaknya tahun 1987, ketika George menantang Koresh mengadu kesaktian. George menggali
mayat seorang wanita pengikut ajaran sesat dari kuburan umum dan mengatakan siapa yang berhasil menghidupkannya kembali, berhak menjadi pemimpin umat.
Koresh cukup cerdik untuk tak menanggapi tantangan itu. Ia malah melapor ke polisi bahwa George mencuri mayat dari kuburan. Ketika polisi meminta bukti, Koresh dan tujuh anak buahnya melakukan penyerbuan ke pondok untuk mengambil mayat itu. Sempat terjadi tembak menembak selama dua jam, dan berakhir dengan ditangkapnya para penyerbu oleh polisi dengan tuduhan percobaan pembunuhan.
Untung, pengadilan menyatakan Koresh tak bersalah. Antara lain karena penuntut umum tak berhasil menghadirkan George sebagai saksi, karena George diragukan kesehatan jiwanya. Ia memasukkan petisi hukum ke pengadilan, meminta Tuhan menularkan AIDS dan Herpes ke anggota Mahkamah Agung.
Maka Vernon Howell pun menjadi "nabi" di pondok itu. Ia mengontrol umatnya dengan teknik isolasi, kegiatan rutin, dan teror. Umat harus bangun pukul setengah enam subuh untuk senam tanpa diperbolehkan minum air. "Koresh beranggapan senam di udara panas tanpa minum menunjukkan ketangguhan," kata Mare Breault, warga Australia yang pernah menjadi pengikut Koresh. Juga ada keharusan para wanita mempertahankan kelangsingan tubuhnya. Lihat juga di http://rykers.blogspot.com/2006/06/kebiasaan-para-jemaat-gereja-david.html
Koresh bisa berkhotbah 15 jam terus menerus di hadapan umatnya yang terkantuk-kantuk. Salah satu ajaran favoritnya adalah tentang dirinya sebagai "gembala" alias anak Tuhan. Sebagai anak Tuhan, ia berwenang mengontrol kehidupan seks pengikutnya. "Ia mengatakan bahwa seluruh wanita di dunia adalah miliknya, dan bagi para pengikut yang beristri diharuskan merelakan istrinya untuk Koresh," kata Breault yang bersama istrinya langsung kabur itu.
Herannya, para pengikutnya menurut apa kata Koresh, dan jumlahnya bertambah. "Ia mempunyai karisma," kata Sheridan Stewart, 26 tahun, penyanyi yang pernah didekati Koresh. Umatnya bukan hanya orang AS, juga dari Australia dan Inggris.
Ketaatan para pengikut yang terlatih memakai senjata itu yang dirisaukan para pejabat hukum AS. Itulah sebabnya, Ahad 28 Februari lalu, ATF mengerahkan 200-an petugasnya untuk melakukan penyerbuan di pagi hari. " Karena menurut laporan petugas kami yang menyusup menjadi jemaah, di pagi hari umat sedang tidak bersenjata," kata juru bicara ATF Tapi rencana penyerbuan ini temyata bocor.
Walhasil, begitu petugas masuk pondok segera disambut rentetan senapan mesin dan lemparan granat selama 45 menit, yang menyebabkan penyerangan dibatalkan. Empat petugas tewas dan 16 lainnya cedera, sedangkan 10 pengikut Koresh dilaporkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Sampai Kamis pekan lalu Koresh tetap bertahan. Padahal ia berjanji akan menyerah jika rekaman khotbahnya disiarkan media massa. Permintaan itu dituruti tapi Koresh ingkar janji. "Saya menunggu perintah Tuhan," katanya kepada FBI.
Sejauh ini polisi sudah melepaskan 21 anak-anak. Diduga masih 17 lainnya dan 90 orang dewasa di dalam benteng. Polisi memperkuat kepungannya dengan empat tank kelas berat M-1 karena Koresh mengaku mempunyai senjata untuk menghancurkan kendaraan lapis baja ringan.
Belum jelas benar berapa lama Koresh akan bertahan. Yang pasti, kesabaran para pengepung tentu ada batasnya. Apalagi biaya pengepungan itu cukup mahal, sekitar Rp 4 miliar sehari.
Sumber : TEMPO, 20 MARET 1993
Sabtu, 24 November 2012
Bukan Bidadari, Melainkan Anggur
Seorang ahli bahasa Semit menyimpulkan bahwa sebagian isi Al-Quran dipengaruhi teks bahasa Aramaik Kristen. Cuma mengulang masalah klasik yang bias?
CITRA kesempurnaan Al-Quran yang absolut dipertanyakan. Kitab suci agama Islam ini sejak berabad-abad lalu diyakini oleh kalangan muslim ortodoks sebagai wahyu Allah yang kandungan dan kalimatnya sempurna tanpa cacat. Karena itu, upaya mempertanyakan kesempurnaannya sering dicap sebagai tindakan kufur dan murtad.
Namun, Islam tak hanya dianut oleh para pengikut konservatif. Sebagian pemikir Islam yang kritis berupaya mengkaji asal-usul Al-Quran. Hasilnya, ternyata sebagian besar kandungan kitab itu merupakan respons terhadap situasi kesejarahan tertentu. Karena penyusunannya melalui eksperimen panjang, ia tak bersih dari cacat manusiawi.
Kalangan akademisi di Barat pun sejak awal abad ke-19 tak henti-hentinya mengkaji asal-usul Al-Quran. Bahkan di Indonesia, Taufik Adnan Amal, dosen ilmu Al-Quran Institut Agama Islam Negeri Makassar, pernah meluncurkan buku berjudul Rekonstruksi Sejarah Al-Quran pada Agustus 2001(lihat: Antara Ajaran dan Bacaan).
Tampaknya, Al-Quran menjadi obyek kajian yang tak lekang sepanjang zaman. Baru-baru ini wartawan Alexander Stiller menurunkan artikel masalah tersebut di koran New York Times edisi Sabtu, awal Maret 2002. Artikel berjudul Radical New Views of Islam and the Origins of the Koran itu membahas asal-usul Al-Quran, khususnya menyangkut pengaruh bahasa Aramaik Kristen terhadap kitab tersebut.
Artikel itu mengutip pendapat Christoph Luxenburg, ahli bahasa Semit kuno dari Jerman, yang menyatakan bahwa Al-Quran telah salah dibaca dan salah diterjemahkan selama berabad-abad. Pendapat yang memakai referensi "teks-teks dini" Al-Quran itu juga menyatakan bahwa sebagian isi Al-Quran bersumber—maksudnya, di pengaruhi dari teks-teks Aramaik periode awal Kristen yang kemudian disalahtafsirkan oleh ahli-ahli Islam yang menyusun Al-Quran.
Luxenburg mencontohkan ayat yang menyatakan bahwa para martir (syuhada) akan memperoleh pahala di surga berupa pasangan bidadari yang perawan. Bagian yang dimaksud itu termaktub dalam surah Ad dukhaan ayat 54 yang menyebut kata "huur". Berdasarkan terjemahan Al-Quran yang disahkan Majelis Ulama Indonesia, konteks ayat itu menyatakan bahwa orang bertakwa akan berada di tempat yang aman dan, "akan Kami beri mereka pasangan dari bidadari."
Menurut Luxenburg, penerjemahan huur sebagai bidadari merupakan kesalahan baca terhadap teks yang dipaksakan. Soalnya, dalam bahasa Aramaik kuno dan paling tidak dalam sebuah kamus bahasa Arab lama, huur berarti anggur putih. Luxenburg menafsirkan begitu setelah melacak jejak pengertian surga menurut sebuah teks Kristen yang disebut Himne Surga karya seorang penulis abad ke-4.
Luxenburg menambahkan bahwa kata surga diambil dari khazanah kata Aramaik untuk taman dan semua penjelasan tentang surga yang digambarkan sebagai sebuah taman yang di dalamnya terdapat air yang mengalir, buah-buahan yang berlimpah, dan anggur putih suatu kemewahan yang dikenal di Timur Jauh kuno. Dalam konteks ini, pengertian anggur putih lebih masuk akal ketimbang pahala berupa kenikmatan seksual. Itu cuma satu contoh dari Luxenburg, sebagaimana disitir oleh Alexander Stiller. Berarti isi Al-Quran yang ditahbiskan suci oleh umat Islam itu mengandung cacat alias kekeliruan, padahal pesan agama itu sudah ditradisikan dari zaman ke zaman?
Menurut Dr. Yusuf Rahman, dosen metode tafsir AI-Quran di Universitas Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, pengaruh bahasa Aramaik terhadap Al-Quran bisa saja terjadi. Kebanyakan ulama toh mengakui bahwa Al-Quran menyerap juga kata-kata asing. Cendekiawan Dr. Nurcholish Madjid dalam artikel di kios internet Jaringan Islam Liberal juga mengakui bahwa Al-Quran menyerap bahasa-bahasa lain, misalnya shiraath (bahasa Latin), qisth (bahasa Yunani), dan kafur (bahasa Melayu).
Karenanya, Yusuf sependapat bila bahasa Aramaik dijadikan salah satu referensi. Namun, ia masih meragukan pengertian huur sebagai anggur putih seperti dicontohkan Luxenburg. Bahkan Yusuf belum bisa menerima sepenuhnya tesis Luxenburg. "Untuk sampai pada kesimpulan seperti itu, Luxenburg perlu mengumpulkan data lebih banyak," kata Yusuf.
Alasan Yusuf, pendapat Luxenburg didasarkan pada manuskrip Al-Quran yang ditemukan di Sana'a, Yaman, pada 1972. Naskah ini, yang kemudian dikopi dalam bentuk mikrofilm sebanyak 35 ribu lembar oleh Gerd-R. Puin dan H.C. Graf Von Bothmer, periset dari Universitas Saarland Jerman pada 1997, seperti ditulis majalah The Atlantic Monthly, diperkirakan berasal dari manuskrip abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Namun, pendapat intelektual muda Islam, Taufik Adnan Amal, lain lagi. Taufik menduga langkah Luxenburg merupakan upaya membaca Al-Quran menurut bahasa Aramaik. "Ia melihat bacaan Al-Quran yang mengandung zero Aramaic reading Al-Quran," ujar Taufik. Tapi, klaim Luxenburg bahwa bacaan Al-Quran sangat terpengaruh oleh tradisi tekstual dari Kristen Suriah, tutur Taufik, harus dicermati secara kritis. Sebab, "Itu masalah klasik," ucapnya. Maksudnya, itu bias masa Perang Salib dulu.
Antara Ajaran dan Bacaan
Christoph Luxenburg, ahli bahasa Semit kuno dari Jerman, menyatakan bahwa AI-Quran telah salah dibaca dan salah diterjemahkan selama berabad-abad.
TAUFIK Adnan Amal, 39 tahun, adalah salah seorang intelektual muda Islam yang bergumul dengan kajian kritis Al-Quran. Bukunya yang berjudul Rekonstruksi Sejarah Al-Quran terbitan Forum Kajian Budaya dan Agama Yogya, tahun 2001, disambut dengan antusias oleh komunitas Jaringan Islam Liberal, yang di antaranya bermarkas di Utankayu, Jakarta.
Salah satu pesan buku yang merupakan hasil riset serius dan mendalam itu adalah perlunya upaya desakralisasi terhadap teks Al-Quran. Alasannya, Al-Quran dalam bentuk sekarang—edisi standar Mesir tahun 1923—tetaplah produk budaya manusia yang terbuka untuk direvisi. Berikut wawancara Syarif Amir dari TEMPO dengan Taufik.
Sejak kapan kajian kritis terhadap Al-Quran dimulai?
Sebenarnya kecenderungan membuat edisi kritis Al-Quran sudah ada sejak abad pertengahan. Upaya yang paling menyeluruh dan sangat akademis baru dilakukan pada abad ke-19, ketika Gustaf Fluegel dari Jerman membuat satu edisi Al-Quran dengan meramu bacaan-bacaan tujuh yang ada di dalam Al-Quran. Tapi karya yang menjadi rujukan utama di Barat hingga awal l970-an itu tak sejalan dengan teks dalam dunia Islam.
Adakah kesamaan antara tesis Luxenburg dan riset Anda?
Ada perbedaannya, karena riset saya tentang sejarah Al-Quran, Tapi tentu ada implikasi ke arah tesis Luxenburg. Sebab, riset saya menemukan pula bahwa pada mulanya teks Al-Quran di kalangan umat Islam juga beragam, kemudian mengalarni proses penunggalan.
Seberapa banyak teks Al-Quran yang mengalami kesalahan baca?
Tentang kesalahan baca, saya tidak melakukan riset tersendiri, Tapi, dalam tradisi Islam, kesalahan baca itu maksudnya keliru membaca atau mengucapkan, yang akan mempengaruhi maknanya.
Tapi Tuhan kan menjamin kesahihan Al-Quran sepanjang masa?
Ya, itu menurut doktrin yang umumnya dianut umat Islam. Tapi kan perlu dipertanyakan keabsahan dalam hal apa, apakah ajarannya atau kalimatnya. Dalam hal bacaan, kita masih dapat bertengkar. Dalam qiraat (bacaan) tujuh saja, kita hanya menerima satu versi. Kenapa yang lain tak dipelihara oleh Tuhan dan hanya satu yang terus dipelihara secara resmi oleh kaum ortodoks Islam?
Apa dampak dari riset keauntetikan Quran?
Ini sama sekali tidak menyangkut keautentikan Al-Quran. Kita hanya mengatakan bahwa awalnya isi Al-Quran itu sangat majemuk. Itulah yang kita telusuri ulang.
Jadi, tak berdampak sama sekali?
Dampaknya, karena ada edisi tunggal ini. Jadi, kalau dengan satu edisi saja sudah banyak tafsir, bagaimana kalau ada edisi lain? Pasti akan lebih banyak tafsir. Di masa Islam awal, hal ini juga pernah menjadi masalah. Tapi sekarang bukan lagi zaman untuk mengunggulkan satu gagasan dibandingkan dengan gagasan lain.
Jadi, keragaman itu akan menguatkan posisi Al-Quran?
Kalau saya melihatnya seperti itu.
Al-Quran versi mana yang dipakai di dunia Islam?
Al-Quran terbitan Mesir pada 1923 menjadi panutan muslim di dunia Timur dan bahkan kemudian menggeser peran mushaf (naskah) Fluegel, yang sebelumnya begitu dikenal di Barat. Jadi, orang tidak lagi menganut mushaf Fluegel, dengan alasan mushaf Usmani dari Mesir itu lebih universal di dunia Islam.
Sumber : TEMPO, 24 MARET 2002 (Hal 46-47)
Langganan:
Postingan (Atom)